Selamat Datang di Blog Hutanku Hutanmu

Semoga Blog ini bisa memberi sedikit manfaat sebagai wadah informasi dan sharing tentang kehutanan

Rabu, 30 Maret 2011

Mangrove

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Menurut Snedaker (1978) dalam Kusmana (2002), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sedangkan menurut Tomlinson (1994), kata mangrove berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai  pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan (muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.
Dengan demikian secara ringkas dapat didefinisikan bahwa hutan mangrove adalah tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama pada pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (hewan dan tumbuhan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.
Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki potensi sumber daya alam hutan mangrove yang terletak di sepanjang garis pantai. Hal ini memungkinkan Indonesia memiliki potensi ekonomi terbesar di dunia karena diperkirakan 75% wilayah Indonesia terdiri dari wilayah laut dan perairan pantai yang ditumbuhi oleh mangrove.
Kondisi hutan mangrove dewasa ini sangat memprihatinkan akibat adanya degradasi hutan mangrove secara berlebihan. Hal ini terjadi akibat adanya tekanan penduduk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat. Akibat terjadinya kerusakan hutan mangrove beserta ekosistemnya maka luas hutan mangrove menurun dimana ±4,25 juta ha dalam keadaan rusak. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi keberadaan hutan mangrove sehingga dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas lingkungan.
  Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh oksigen bagi sistem perakarannya. Dalam hal lain, beberapa jenis mangrove berkembang dengan buah yang sudah berkecambah sewaktu masih di pohon induknya (vivipar), seperti Kandelia, Bruguiera, Ceriops dan Rhizophora.
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove), sementara jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (asociate asociate). Di seluruh dunia, Saenger, dkk (1983) mencatat sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Dengan demikian terlihat bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis yang tinggi.
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah dimana endapan lumpur terakumulasi (Chapman, 1977). Di Indonesia, substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata dan  Avicennia marina (Kint, 1934). Jenis-jenis lain seperti Rhizopora stylosa tumbuh dengan baik pada substrat berpasir, bahkan pada pulau karang yang memiliki substrat berupa pecahan karang, kerang dan bagian-bagian dari Halimeda (Ding Hou, 1958). Kint (1934) melaporkan bahwa di Indonesia, R. stylosa dan Sonneratia alba tumbuh pada pantai yang berpasir, atau bahkan pada pantai berbatu. Pada kondisi tertentu, mangrove dapat juga tumbuh pada daerah pantai bergambut.
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Pada umumnya vegetasi mangrove mampu tumbuh dan berkembang pada kisaran salinitas 2-22‰ (payau) sampai mencapai 38‰. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya.
Vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Beberapa ahli (seperti Chapman, 1977 & Bunt & Williams, 1981) menyatakan bahwa hal tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh pasang surut.
  Menurut Arief (2003 :14) secara garis besar fungsi mangrove hubungannya dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan dan kesehatan serta lingkungan dibedakan menjadi lima fungsi, yakni:

1.      Fungsi fisik, yang dibedakan atas :
a.      Menjaga garis pantai agar tetap stabil
b.     Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi dan abrasi
c.      Menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat
d.     Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru
e.      Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat, atau sebagai filter air asin menjadi tawar.

2.      Fungsi kimia hutan mangrove, yaitu :
a.      Sebagai tempat tejadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen
b.     Sebagai penyerap karbondioksida
c.       Sebagai pengolah bahan-bahan limbah dari hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan.

3.      Fungsi biologi kawasan mangrove adalah sebagai :
a.      Penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapuk (detritus) yang kemudian berperan sebagai sumber bahan makanan bagi hewan yang lebih besar.

b.                                                                                 Kawasan pemijah, atau asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan, kepiting, kerang dan sebagainya yang setelah dewasa akan kembali ke lepas pantai
c.      Kawasan untuk berlindung, bersarang serta berkembangbiak bagi burung dan satwa lainnya
d.     Sumber plasma nutfah dan sumber genetika
e.      Habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya.
4.    Fungsi ekonomi hutan mangrove merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat, Industri maupun bagi negara.  Fungsi tersebut antara lain :
a.         Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang, serta kayu bahan bangunan dan perabot rumah tangga
b.         Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, kertas, tekstil, bahan makanan, obat-obatan, alkohol, penyamak kulit, kosmetika dan zat pewarna
c.                   Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung dan madu.
5.    Fungsi lain kawasan mangrove antara lain :
                       a.          Sebagai kawasan wisata alam, pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa serta berperahu disekitar mangrove
                       b.          Sebagai tempat pendidikan konservasi dan penelitian
Ekosistem mangrove termasuk daerah yang “rawan” untuk hidup. Kondisi tanahnya biasanya miskin oksigen dan berkadar garam relatif tinggi. Banyak jenis flora dan fauna yang tidak dapat bertahan hidup di tempat tersebut. Namun untuk flora dan fauna yang hidup di sana, mereka mempunyai cara sendiri untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungannya. Untuk mampu bertahan hidup di ekosisem mangrove, tumbuhan-tumbuhan di hutan mangrove beradaptasi dengan berbagai cara, diantaranya :
1.        Ada yang mempunyai kelenjar yang bisa menyerap garam yang terdapat dalam air atau tanah. Garam tersebut kemudian dikeluarkan kembali sehingga konsentrasi garam dalam cairan sel tetap dapat dikendalikan.
2.    Ada pula yang akarnya dapat menyaring garam dari air.
3.   Jenis yang lain memiliki sel-sel khusus di dalam daun yang berfungsi  menyimpan  garam, kemudian digugurkan.
4.    Ada yang memiliki sel penyimpan air tawar, untuk menetralkan cairan sel. Daun-  daun yang tebal berguna untuk mengurangi penguapan.
6.     Untuk mengatasi sedikitnya oksigen yang terdapat di dalam tanah,
  tumbuhan mangrove memiliki akar nafas (pneumatofora) yang     menjulang ke atas dan batang yang berlentisel, yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara.

214
B.   Maksud dan tujuan
Maksud  diadakannya kegiatan pelatihan dan pengelolaan ekosistem mangrove ini adalah :
1.     Untuk mengenal dan mampu melakukan identifikasi terhadap jenis-jenis mangrove, berdasarkan bentuk daun, bunga, buah, batang, sistem perakarannya maupun habitat tempat tumbuhnya.
2.    Untuk mengetahui berbagai fungsi dan manfaat hutan mangrove dari segi fisik, ekologis maupun ekonomisnya
3.    Untuk mengetahui pemanfaatan lain dari hutan mangrove, dan bagaimana mengelola hasil lainnya (hasil sampingannya)
4.    Untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan pembuatan persemaian mangrove  dan mampu melakukan kegiatan pembibitan secara mandiri
5.    Untuk mengetahui tekhnik penanaman secara langsung di lapangan.




























II. DASAR DAN PELAKSANAAN

A.           Dasar

Dasar mengikuti pelatihan pengelolaan ekosistem mangrove di wilayah kerja BPHM wilayah I angkatan II ini adalah :
1.     Surat Kepala Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Nomor UN. 01/BPHM.1-3/2010
2.    Surat Perintah Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Nusa Tenggara Barat Nomor : 090.1/61/RKH-Dishut

B.           Pelaksanaan
Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove angkatan II dilaksanakan di Balai Pengelolaan Ekosistem Mangrove (BPHM) Wilayah I Denpasar Bali, yang dilaksanakan mulai 22- 26 Maret 2010.

C.           Peserta
1.     Peserta
Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove ini diikuti oleh peserta sebanyak 40 orang, dari berbagai instansi seperti dari dinas kehutanan, dinas pertanian, serta dari dinas lingkungan hidup .    BPHM –I yang berpusat di Bali mewakili  wilayah Jawa, Bali, Sulawesi, NTB, NTT,Kepulauan Maluku dan Papua.
2.    Pengajar/Instruktur
Pengajar/Instruktur yang memberikan materi pada kegiatan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrov disampaikan oleh pengajar-pengajar dari BPHM Wilayah I Denpasar.

D.          Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.      Tempat Pelaksanaan
      Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove dilaksanakan di Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Jl By Pass Ngurah Rai Km. 21 Suwung Kauh, Denpasar, Bali. Sedangkan untuk tempat penginapan disediakan tempat di hotel Mutiara, jalan Pendidikan no 102 Sidakarya, Denpasar Bali.
2.     Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove dilaksanakan di Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I  atau setara 40 jam, dilaksanakan selama 5 (lima) hari  yang dilaksanakan pada tanggal 22 Maret sampai dengan 26 Maret 2010

E.            Materi Pelatihan  
Materi/pelajaran yang diberikan selama pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove angkatan II meliputi :
1.     Kebijaksanaan dan Peraturan Perundang-undangan
2.    Ekologi Mangrove
3.    Teknik Identifikasi Mangrove
4.    Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Ekosistem Mangrove
5.    Pengenalan Berbagai Jenis Mangrove
6.     Teknik Persemaian Tanaman Mangrove
7.    Teknik Rehabilitasi Mangrove
8.    Hutan Kemasyarakatan
9.    Dinamika kelompok

F.            Materi Praktek
Sedangkan untuk kegiatan di lapangan / praktek, materi yang diberikan meliputi :
1.     Praktek Identifikasi Mangrove
2.    Praktek Penanaman
3.    Praktek Pembuatan Persemaian
4.    Praktek Pembuatan Sirup dan Sabun




G.          Sertifikasi
Kepada para peserta Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove angkatan II diberikan sertifikat sebagai tanda telah selesai melaksanakan kegiatan pelatihan.



























III. PENUTUP

Demikian laporan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove  dibuat, berdasarkan hasil yang diperoleh selama mengikuti pelatihan di Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Bali, semoga bermanfaat dan dapat berguna bagi pihak yang membaca. Dan merupakan laporan yang dibuat sebagai pertanggungjawaban penyusun selama mengikuti kegiatan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
























KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, sehingga laporan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove yang dilaksanakan di Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Denpasar, Bali dapat terlaksana dan diselesaikan dengan baik.
Laporan dalam rangka mengikuti kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban penyusun setelah mengikuti kegiatan Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove selama 5 hari mulai dari tanggal 22-26 Maret 2010 yang bertempat di Denpasar, Bali.
Disadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu saran yang sifatnya membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikannya. Dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua, amin....



                                                         Mataram 3 April 2010
                                                                   Penyusun




                                                      Renny Retnowathi, S. Hut.
                                                        19750812 201001 2 004